Kamis, 17 November 2016

Pengungsi Mulai Alami Wabah Penyakit

Pengungsi korban banjir di GOR Baleendah mulai terserang penyakit ringan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Baleendah rata-rata pengungsi mengalami sakit demam, flu, gatal-gatal dan diare. “Pengungsi rata-rata sakit ringan, flu, demam, gatal-gatal dan diare,” ujar Siti Aspinah, Perawat di Puskesmas Baleendah, Selasa (4/10/2016).
Menurutnya, jumlah pengungsi yang berobat di Gedung Inkanas mencapai 26 orang, sementara di GOR Baleendah sebanyak 18 orang. Selanjutnya, pihaknya akan memantau beberapa titik yang ditempati oleh para pengungsi korban banjir.
Ia menuturkan, para pengungsi relatif tidak ada yang mengalami sakit berat. Namun, sempat salah satu orang pengungsi dirujuk ke Rumah Sakit Al Ihsan karena mengalami bengkak-bengkak di sekujur tubuh.
Salah seorang pengungsi di Gedung Inkanas, Ai, Warga Kampung Cigosol, Kelurahan Andir, Baleendah mengaku sudah 12 hari berada di pengungsian. Dirinya sempat pulang ke rumah karena banjir sudah reda namun kemarin hujan kembali terjadi sehingga mengakibatkan banjir dan ia memilih untuk kembali ke pengungsian.
“Ketinggian air di rumah mencapai 2 meter. Pintu rumah juga sudah tidak terlihat,” ungkapnya.
Ia mengaku, sehari-hari membuka warung dan berjualan di rumahnya namun akibat banjir usaha tersebut tidak berjalan. Meski begitu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya kembali berjualan di tempat pengungsian.
Menurutnya, sejak masuk ke tempat pengungsian Rabu (28/9/2016) bantuan dari Pemerintah yang diperolehnya hingga saat ini baru dua kali. Dirinya mengaku cukup dengan bantuan Mie instan dan air mineral tersebut sebab ia ditempat pengungsian hanya berdua bersama suaminya.





Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Tol Laut Bandung

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, kembali meminta maaf kepada warga Kota Bandung terkait musibah terjangan banjir di Jalan Pasteur, Pagarsih dan Solokan Jeruk Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, Senin, 24 Oktober 2016 kemarin.

Dalam menanggapi bahaya banjir di Bandung yang dikhawatirkan semakin buruk, Walikota Bandung, Ridwan Kamil, akan membangun tol laut untuk mengatasi banjir di Jalan Pasteur dan Pagarsih. Tol air sebelumnya sudah dipasang di Gedebage dan dinilai berhasil mengurangi banjir.
Tol air merupakan alat penyedot air. Cara kerjanya sama dengan pompa air. Alat ini dipasang di sekitar jalan atau kawasan yang diperkirakan jadi lokasi genangan saat hujan mengguyur. Pembangunan tol laut ini adalah bentuk hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan.

“Insya Allah secepatnya perintah saya menerapkan juga di Pagarsih dan Pasteur,” ujar Ridwan Kamil di Pendopo Walikota Bandung, Selasa (25/10).

Emil, sapaan Ridwan Kamil, menjelaskan fungsi dari tol air tersebut. Menurutnya, tol air ini efektif karena aliran air tidak bercampur seperti di gorong-gorong. “Tol air ini bikin pipa di mana si air tidak pernah bercampur dalam perjalanannya. Kalau gorong-gorong kan nanti dari titik a ketemu titik b, ketemu sampah dan lain-lain. Kalau tol air ini langsung ke sungai,” jelasnya.

Ditemui di rumah dinasnya, Ridwan Kamil meminta maaf kepada seluruh warga Bandung dan siap bertanggung jawab atas musibah ini. Emil memastikan, telah melakukan penanganan atas kejadian ini. Selain itu, dia berjanji  mengatasi masalah ini dengan membuat tol air di Jalan Pasteur.
"Saya terima kritikannya. Setiap dua minggu tim selalu diperbaiki, di Pasteur akan secepatnya dibuat tol air seperti di Gedebage," kata Ridwan Kamil, Selasa, 25 Oktober 2016.

Namun, solusi lain sedang dipikirkan khusus untuk kejadian di Pagarsih. Strategi lain juga akan dipikirkan terkait banjir di Kecamatan Sukajadi. "Saya masih heran kenapa banjir di Pagarsih, padahal aliran sungai diperbesar dan diperdalam. Tahun lalu sudah diperlebar 2x2 meter," katanya.
Ridwan Kamil kembali menjelaskan kalau penanganan untuk mencegah terjadinya banjir selalu dilakukan di Jalan pasteur. Penelusuran penyebab banjir sampai saat ini terus dilakukan.





Manfaatkan IPTEK Untuk Menghadapi Lingkungan

Dosen dan tim mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung, membuat sistem peringatan dini banjir. Peringatan berdasarkan antara lain dari kenaikan tinggi permukaan air sungai yang diolah bersama data curah hujan. Inovasi tersebut sudah diuji coba sejak Juli hingga-Agustus 2016.

Perangkat yang dinamakan Simbat, akronim dari Sistem Monitoring Banjir Terpadu itu gagasan dosen Teknik Komputer Unikom, Agus Mulyana. Risetnya dirintis sejak Mei 2015. "Karena rumah mertua di Dayeuh Kolot suka kebanjiran," kata Agus, Selasa malam, 25 Oktober 2016.

Dengan pemasangan Simbat, warga yang pemukimannya biasa atau berpotensi dilanda banjir, bisa siap-siap menyelamatkan diri dan mengamankan barang di rumahnya. Ketika air sungai terus naik, alat dengan kalibrasi parameter banjir di suatu sungai akan menandai level bahaya. "Pada level siaga sampai awas peringatan dini akan berbunyi," ujar Agus.

Alarm berupa sirine otomatis akan berbunyi disertai informasi kondisi sungai dan langkah evakuasi. Peringatan itu ditujukan ke warga di lokasi yang berpotensi terdampak banjir.

Simbat memakai empat perangkat keras yang masing-masing dilengkapi aplikasi. Simbat Node merupakan alat dengan beberapa sensor seperti ultrasonik yang dipasang untuk memantau ketinggian air sunga. Informasi dari Node dikirim via sinyal GSM atau GPRS ke web server.

Informasi pantauan lalu bisa diakses Simbat Client yang dipasang di tempat publik seperti masjid atau kantor RW. Jika ada potensi banjir, alat itu akan mengeluarkan bunyi peringatan. Perangkat terakhir yaitu aplikasi buat umum.

Simbat kini tengah dipersiapkan di ajang Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016. "Karya ini sesuai metode riset harus diuji coba dulu, kekurangannya telah kami perbaiki," kata Agus. Dia berharap teknologi tersebut bisa diproduksi masal dan dipakai di banyak tempat untuk mitigasi banjir.

Hal ini didasarkan kepada kebutuhan masyarakat Bandung dalam menghadapi bahaya banjir, diharapkan inovasi ini menumbuhkan semangat seluruh mahasiwa di Indonesia dalam berinovasi menggunakan IPTEK dalam menghadapi masalah lingkungan

Daftar Pustaka :
https://tekno.tempo.co/read/news/2016/10/26/061815304/simbat-alarm-banjir-buatan-unikom-bandung









Keserakahan Manusia Dalam Memanfaatkan SDA

Sungguh Bumi ini telah Allah ciptakan dengan begitu indah nya, dan tidak dapat kita pungkiri bahwa sumber daya alam yang terkandung di bumi ini sangat melimpah. Mulai dari kekayaan yang dapat diperbaharui seperti pohon, hewan, dan tumbuhan. Hingga yang tidak dapat diperharui seperti bahan bakar fosil. Semua telah Allah berikan secara gratis, tinggal manusia nya saja yang mengolah sumber daya alam tersebut.

Kita terkadang menginginkan sesuatu hal yang bisa membuat hidup kita lebih baik lagi lebih mudah dan lebih nyaman. Tetapi kita tidak sadar rasa ingin memenuhi segala kebutuhan kita ini malah mengedepankan sifat keserakahan kita dalam mengolah sumber daya alam yang ada ini. Sebenarnya kita tau hal yang kita lakukan ini adalah salah, dan justru malah menggiring manusia ke arah yang buruk.

Yang lebih buruknya kita telah gelap mata dan mengutamakan kesenangan sesaat sehingga segala sumber daya alam yang ada kita olah secara besar-besaran tanpa memikirkan pengaruh buruknya untuk kelangsungan kita. dan ironisnya manusia ini sering kali mengabaikan hal tersebut dan terus melakukan kerusakan demi kenyamanan hidup sesaat kita, kita bahkan mengorbankan lingkungan, hewan lain maupun tumbuhan lainya.

 Jika sudah demikian, bencana yang diakibatkan oleh perilaku manusia, semakin lama semakin bertambah. Bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia adalah sebuah bukti keserakahan manusia. Keserakahan adalah suatu sifat buruk yang dimiliki manusia. Di zaman ini, kita semua tau bagaimana caranya untuk melindungi lingkungan.

Tetapi kenapa kita tidak melakukan nya? itu semua karena ke tamakkan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Suka tidak suka memang kita harus menangung akibat yang kita perbuat tersebut baik yang disebabkan oleh orang lain maupun oleh perbuatan kita sendiri. Seharusnya kita lebih bijak ana mengelola dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa mengkesampingkan keadaan lingkungan tersebut.

Dalam video dibawah ini terlihat jelas keserakahan manusia yang mengakibatkan hal buruk untuk lingkungan dan untuk dirinya sendiri. Mulai dari hilangnya sifat belas kasihan kepada hewan dengan cara membunuhnya hanya untuk kesenangan semata seperti perburuan liar dan untuk dipelihara, sampai pembunuhan hewan untuk dikonsumsi dan diambil kulitnya untuk kepentingan perindustrian. 

Tidak berhenti sampai disitu saja, di video ini tersampaikan juga kebiasaan manusia dalam buruk nya mengolah kekayaan laut seperti penangkapan ikan besar-besaran dan membuang limbah bahaya nya kelautan yang justru malah mempengaruhi jumlah hasil tangkapan kita sendiri. Jika itu di laut, berbeda dengan didarat. Manusia terus memperluas daerah hunian nya, terus membangun peradaban hingga kota-kota besar. Yang akibatnya mengambil lahan hutan yang ada untuk dijadikan kota yang baru.

Akhirnya video ini ditutup dengan matinya pemeran utama akibat keserakahan dirinya sendiri. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya manusia baru sadar bahwa harta yang dimiliki
nya dari hasil merusak lingkungan justru malah membawanya kepada kebinasaan.


 

Comments system

Disqus Shortname