Kamis, 19 Januari 2017

Jabodetabek Harus Tertutup untuk Industri Berat

Masalah lingkungan di wilayah Jabodetabek yang diakibatkan oleh pembangunan perindustrian yang kian produktif didaerah tersebut menjadikan sebuah ancaman bagi warga yang khususnya tinggal didaerah Jabodetabek

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) semakin sesak dipenuhi aktivitas bisnis baik perkantoran maupun industri. Industri padat karya, ritel dan sebagainya tumbuh di kota-kota metropolitan, sehingga Jabodetabek tak layak lagi bagi industri.

Hal ini dikemukakan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Industri dan Logistik, Natsir Mansyur. Ia mengaku, pusat industri saat ini harus dialihkan ke luar Jawa dalam rangka pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

"Jabodetabek tidak layak lagi bagi industri, tidak bisa jadi andalan lagi karena sudah penuh. Jakarta diarahkan untuk sektor keuangan saja. Jadi harus ke luar Jabodetabek termasuk luar Jawa bagi industri berat. Tapi industri padat karya seperti tekstil masih bisa di Jawa," kata dia kepada wartawan di JCC, Senayan, Kamis (12/2/2015).

Menurut Natsir, daerah lain di luar Jawa yang sangat potensial untuk dimasuki industri berat, seperti pertambangan, hilirisasi, perkebunan, petrokimia dan sebagainya antara lain, Sumatera Utara, Palembang, Makassar, Bitung karena kaya dengan bahan baku mineral.

Realokasi ini, lanjutnya, perlu bersifat memaksa. Artinya pengusaha didorong membangun atau membuka industri di Luar Jawa. Sehingga dibutuhkan payung hukum dalam pelaksanaannya.


"Harus ada Perpu supaya tidak ada lagi industry di Jabodetabek. Tidak hanya mengimbau, tapi harus tegas. Jakarta harus tertutup. Zaman Soekarno saja bisa bangun pabrik gula, pabrik kertas di mana-mana. Masa Jokowi tidak bisa bangun," pungkas Natsir. 















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments system

Disqus Shortname