Negara kepulauan Indonesia berbatasan langsung dengan 10 (sepuluh negara). Di darat, Indonesia berbatasan dengan tiga negara, yaitu : (1) Malaysia; (2) Papua New Guinea ; dan (3) Timor Leste. Sedangkan di wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu : (1) India, (2) Malaysia, (3) Singapura, (4) Thailand, (5) Vietnam, (6) Filipina, (7) Republik Palau, (8) Australia, (9) Timor Leste dan (10) Papua Nugini.
Dengan begitu banyak nya daerah perbatasan dengan negara lain, Indonesia sangat rawan dengan berbagai macam ancaman dan konflik yang sering terjadi. Sudah kita ketahui bersama konflik-konflik seperti pergeseran patok di hutan-hutan kalimantan, perebutan pulau terluan yang di klaim milik asing, dan penangkapan ikan ilegal di wilayah perairan Indonesia.
Namun kali ini konflik yang akan dibahas diluar dari ancaman yang dapat kita lihat. Ada perang tak kasatmata di daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste, sesuatu yang tidak dapat kita lihat namun dapat kita rasakan dampak besarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu banyak nya daerah perbatasan dengan negara lain, Indonesia sangat rawan dengan berbagai macam ancaman dan konflik yang sering terjadi. Sudah kita ketahui bersama konflik-konflik seperti pergeseran patok di hutan-hutan kalimantan, perebutan pulau terluan yang di klaim milik asing, dan penangkapan ikan ilegal di wilayah perairan Indonesia.
Namun kali ini konflik yang akan dibahas diluar dari ancaman yang dapat kita lihat. Ada perang tak kasatmata di daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste, sesuatu yang tidak dapat kita lihat namun dapat kita rasakan dampak besarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Di era teknologi informasi seperti saat ini, sinyal telekomunikasi punya arti penting bagi hidup orang banyak. Perebutan sinyal di udara bak peperangan menuju ponsel-ponsel di tangan warga. Fenomena ini dirasakan orang-orang di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, dan di Timor Leste. Saat tim detikcom mengunjungi Kabupaten Belu, antara 29 Maret dan 3 April 2017, hanya sinyal dari Telkomsel yang masuk ke ponsel.Tak ada lagi sinyal dari operator Indonesia lainnya yang berhasil terdeteksi.
Meski demikian, sinyal Telkomsel beradu dengan sinyal dari Timor Leste, yakni Telemor dan Telkomcel. Bila listrik PLN padam dan baterai di menara base transceiver station (BTS) Telkomsel sudah kehabisan tenaga, sinyal dari Timor Leste akan masuk 'menginvasi' ponsel-ponsel warga setempat.
"Di sini kalau hujan besar, dari malam sampai pagi bisa mati listriknya," kata Deni, seorang siswa kelas 2 SMA
Ternyata tak hanya sinyal Telemor atau Telkomcel dari Timor Leste yang masuk ke Indonesia. Sinyal Telkomsel juga masuk ke Timor Leste. Hal ini dituturkan oleh Martinus (42), warga Maliana, Distrik Bobonaro, Timor Leste, di Turiskain.
"Saya di Desa Bulialo Maliana, sinyal Telkomsel dari Indonesia masuk," ucap Martinusz salah seorang warga Timor Leste yang berhasil ditemui tim Detikcom
Adapula tanggapan dari warga di Nusa Tenggara Timur "Yang saya dengar, sinyal Telkomsel malah kadang lebih kuat di Timor Leste. Di sini kita kadang malah pakai Telemor atau Telkomcel," ucap Sidiq.
Pihak Telkomsel mengakui persaingan sinyal di perbatasan ini. Mereka seolah menjadi pemain tunggal di kawasan terdepan Indonesia. Di Belu, total ada 80 menara BTS Telkomsel, ditambah lima menara BTS Merah Putih, yakni BTS dari pemerintah namun dioperasikan oleh pihak nonpemerintah. Tak ada operator seluler lain yang punya menara BTS sebanyak Telkomsel di daerah ini. Bahkan di Nusa Tenggara Timur, Telkomsel punya 1.056 menara BTS.
Daftar Pustaka :
https://news.detik.com/berita/d-3472082/perang-sinyal-di-daerah-perbatasan-ri-timor-leste
Tidak ada komentar:
Posting Komentar